Monday 2 February 2009

Bicara Cinta

Dalam kesibukan sehari-hari ini akhirnya dapat juga meluangkan masa sesama teman berdiskusi dan membuat muhasabah diri. Mengupas panjang Tafsir Pimpinan Ar Rahman serta memanjatkan doa untuk kesejahteraan keimanan.

Hasad

Akhirnya kami berhenti memahami dan menyoroti tajuk inti bicara. Hasad. Kupasan yang panjang menyusuri bicara Tokoh Ilmuan silam yang telah teruji perjuangan dan pengorbanan mereka. Ianya merupakan seumpama api di dalam sekam dan api yang memamah ranting kayu yang kering dan basah, begitulah kedengkian yang membara membakar segala amalan dan ibadah yang pernah ditunaikan. Menjadi punca kerosakan diri dan ummah keseluruhan. Meruntuhkan negara, watan dan ketamadunan. Menghancurkan sendi dan nadi perjuangan menegakkan amr makruf, ukhwah dan silaturrahim ummah.

Terpaku diriku, terpesona mendengarkan bibit bicara teman yang berkongsi pengalaman, bagaimana ianya menjadi akar khianat dan permusuhan.

"Menghindarinya mesti diusahakan", begitulah sebahagian ungkapan yang terus mengetuk pintu hati.
"Demikian juga kita perlu menutup pintu-pintunya agar bara persengketaan tidak mungkin akan berbenih dan bercambah", sememangnya sarat dengan pelbagai tafsiran.

Namun bagaimana untuk mengelakkannya!

Ya kuncinya ialah dengan berkasih sayang. "Kasih Sayang!", kalimah yang menyelubungi hati terkuak dan mula memikirkannya dengan teliti.

Cinta

Jika tidak sinonim, kasih sayang dan cinta sentiasa diluahkan bersama. Ianya suatu perasaan suci yang tidak dapat dijualbeli bahkan kurniaan Tuhan yang amat mahal harganya. Mencintai dan ingin dicintai.

Dan aku kembali hanyut dalam perasaan diri. "Bagaimanakah ingin mencintai jika rasa cemburu dan iri hati masih kukuh dalam diri?". Tertegakkah kasih sayang dan bicara keinsanan jika terus megah dengan kehebatan diri.

Dan kisah-kisah silam kembali berkumandang dalam kotak fikir.

Satu saat aku melihat seorang tua menendang seekor anak kucing yang kelaparan tanpa belas kasihan.

Satu saat aku melihat jeritan amarah di sebuah pasaraya memperihalkan perjudian dan hutang.

Satu saat juga pernah mendengarkan tengkingan seorang lelaki tua di dalam bas yang sarat dengan penumpang.

Satu saat juga melihat dan menyaksikan pembunuhan dan kisah kekejaman.

Semuanya kulihat di depan mata maupun hanya melalui kaca TV. Namun sdah cukup untuk memerhati dan memahami bahawa cinta kian hilang dan kasih sayang telah memudar.

Akhirnya aku terus berteleku... mugkinkah masih ada cinta di dunia ini. Atau hanya hasad yang terus menguasai?

Sunday 1 February 2009

Gaza: Hadirlah Muhammad A Fateh

Merenung jauh dari kamar sepi yang kian bungkam dengan kebencian terhadap zionis yang kejam, hatiku kian menjadi pilu dan amarah kian tidak dapat ditahan lagi. Mungkin ini kali keduanya kulontarkan segala jeritan kesakitan dalam sanubari di ruangan blog ini. Segalanya kususun dengan penuh harapan untuk memecahkan nanar dan resah yang terus berhempas pulas dalam minda dan lipatan hatiku ini. Apa lagi yang dapat kulakukan... memboikot barangan Yahudi... tapi di luar sana semakin ramai manusia yang seagama denganku terus rakus menogok Coca Cola dan memamah rakus Mc Donald juga Dunhill dan Marlboro di hujung jari, merentasi seluruh Daerah bersama team seangkatan memberikan ceramah tanpa henti meraih simpati untuk Gaza, Hamas dan Palestin... tapi semakin ramai suara-suara sumbang yang terus ketawa... "Untuk apa semua ini. Bukan kita yang dizalimi. Hanya sekumpulan masyarakat yang telah ditakdirkan untuk diberikan kekejaman". Cuba pula mengajar masyarakat solat hajat dan berqunut nazilah... dan tetap kedengaran suara yang mengejek... "Hanya berdoa... kita bukannya masyarakat Jabariyyah yang hanya tahu menadah tangan.". Dan benar semuanya kian terasa apabila menyaksikan masyarakat Arab sendiri terus bertelagah untuk mengorbankan saudaranya yang tegakberjuang mempertahankan kesucian agamanya yang tercinta.

Demikianlah aku mendongak menatap langit di celah alunan suara unggas dan sinaran rembulan di tengah malam ini, meratap dan merintih... andainya ada lagi Muhammad Al Fateh di muka bumi ini. Siapakah Muhammad Al Fateh... mungkin boleh kuceritakan sedikit kisahnya...

Sultan Muhammad Al Fateh

Dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1432. Saat kelahirannya pun sudah terdapat isyarat bahwa dia nantinya akan menjadi orang besar yang membuat sejarah besar. Ketika berita kelahirannya disampaikan, ayahnya, Sultan Murad II sedang membaca Al Quran tepat pada Surat Al Fath ayat 1:“Sesungguhnya Kami telah memberikan padamu kemenangan yang nyata.”

Kelahirannya ada pertanda

"Menjelang kelahirannya, Sultan Murad sebenarnya sedang mempersiapkan serangan ke Konstantinopel (Constantinople), ibu kota Kerajaan Rom Timur atau Byzantium. Setelah anaknya Muhammad lahir, datanglah seorang ulama besar Islam ke istana Sultan dan beliau mengatakan bahwa bayi itulah yang nantinya akan menaklukkan Konstantinopel seperti sabda Rasulullah SAW:“Konstantinopel akan jatuh di tangan seorang pemimpin yang sebaik-baik pemimpin, tentaranya sebaik-baik tentara, dan rakyatnya sebaik-baik rakyat.”Ulama itu bernama Syeikh Syamsuddin Al Wali dari Khurasan (sekarang Uzbekistan). Beliau adalah seorang ulama terbilang yang cukup alim dan tawadhu'. Sultan Murad sangat yakin dengan ilham Syeikh Syamsuddin Al Wali sehingga baginda menyerahkan putera mahkota yang masih kecil kepada Syeikh Syamsuddin untuk dididik.

Syeikh Syamsuddin mendidik muridnya ini dengan disiplin kerohanian yang cukup tinggi. Penuh dengan latihan mengekang hawa nafsu dan hidup susah sehingga hasilnya Muhammad menjadi seseorang yang berjiwa kuat dan sangat tahan dalam menghadapi ujian. Beliau dididik memiliki cita-cita besar yaitu menepati janji Tuhan melalui Rasulullah SAW: menaklukkan Konstantinopel. Untuk ilmu perang, ayahnya mendatangkan panglima-panglima yang paling berpengalaman untuk mendidik beliau. Beliau sendiri adalah seorang cendekiawan yang gemar mengumpulkan ilmuwan-ilmuwan di istana untuk berdiskusi.

Pada usia 19 tahun beliau naik tahta menggantikan ayahnya. Mulailah persiapan penaklukan dilakukannya. Beliau mendidik tentara dan rakyatnya agar menjadi orang-orang yang bertaqwa. Seluruh tentera dan rakyatnya dididik agar sanggup bangun malam dan merintih munajat pada Tuhan. Sebaliknya di siang hari mereka adalah singa-singa yang berjuang di jalan Allah. Beliau juga mengadakan operasi perisikan untuk membebaskan seorang ahli pembuat meriam dari penjara Rom. Bersama para juruteranya beliau membangun benteng, kapal-kapal perang dan meriam-meriam yang canggih untuk ukuran zaman itu. Bahkan dalam membangun benteng Rumeli Hasari di Selat Bosphorus beliau turun tangan ikut mengangkat batu dan pasirnya.

Tertakluknya Konstantinopel

Setelah persiapan diatur, dimulailah serangan ke Konstatinopel. Perang yang hebat berkecamuk lebih satu bulan, belum juga kelihatan tanda-tanda kemenangan. Bahkan pasukan Islam mengalami kesukaran mendekati kubu pertahanan Rom di tepi Selat Bosphorus tersebut karena di taut pasukan Romawi memasang rantai-rantai berukuran besar yang sangat panjang hingga menghalangi kapal yang akan mendekat. Dalam ketidakpastian itu Sultan Muhammad Al Fateh bertanya pada syeikhnya yang mulia, “Wahai Guruku, bilakah saat yang dijanjikan itu tiba?” Syeikh Syamsuddin Al Wali menjawab, “Pada hari ke 53, hari Selasa pukul 11 pagi.” Ini adalah ilham berbentuk berita ghaib yang diterima oleh Syeikh Syamsuddin Al Wali. Sultan Muhammad sangat yakin pada ilham gurunya. Beliau makin bersungguh-sungguh meningkatkan ketaqwaan pada Allah dan mengajak tenteranya melaksanakan hal yang serupa sebab hanya orang bertaqwa yang mendapat bantuan Tuhan.

Pada suatu malam di butan Mei 1453 terjadilah peristiwa yang luar biasa. Para jurutera Sultan telah menemukan inovasi teknologi luar biasa yang dikenali sebagai terusan darat. Mereka berusaha membuat agar kapal-kapal perang Islam dapat berjalan di darat. Dengan mengelilingi selat, pada tengah malam tibalah kapat-kapal pasukan Sultan Muhammad At Fateh ke bagian belakang kubu Konstantinopel. Kota Konstantinopel sebenarnya adalah kota yang sangat strategis karena ditindungi oleh pertahanan alami, yaitu perbukitan. Kapal-kapal tentara Islam yang berjumlah 70 kapat mendarat di Semenanjung Pera di pinggir perbukitan itu dan berusaha mendakinya. Terjadilah keajaiban yang merupakan karamah bantuan Tuhan di malam itu. Secara lahiriah, meskipun kapal-kapal tersebut dapat ‘dipaksa’ berjalan di darat dengan menggunakan kayu-kayu raksasa tapi tentunya sukar untuk mendaki bukit untuk membawa 70 kapat layar berukuran besar dalam hanya beberapa jam adalah hal yang mustahil. Apa yang sebenarnya terjadi? Kapal-kapal itu bukanlah berjalan di darat tetapi seakan melayang mendaki dan menyusuri perbukitan sejauh 16 km sampai di Golden Horn sehingga operasi pendaratan 5.000 pasukan itu selesai dalam waktu singkat. Dari sanalah mereka menyerbu Konstantinopet. Paginya, pada hari Selasa 29 Mei 1453

Konstantinopel takhluk ke tangan tentara Islam di bawah pimpinan Sultan Muhammad Al Fateh. Telah diceritakan bahwa ketika Sultan Muhammad At Fateh memasuki Konstantinopet, para prajuritnya menemukan makam sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al Anshari ra. Di makam tersebut mereka melihat sebagian kaki Abu Ayyub tersembul keluar dari tanah. Kaki tersebut putih bersih, sama sekali tidak terlihat rusak walaupun beliau telah wafat selama 600 tahun. Inilah karamah para sahabat Nabi. Sultan panglimanya bergiliran mencium kaki tersebut. Giliran Sultan yang terakhir. Ketika Sultan Muhammad Al Fateh akan mencium kaki Sahabat Rasulullah itu, tiba-tiba kaki tersebut masuk ke dalam tanah. Telah diceritakan pula bahwa pada sore hari setelah penaklukan bersejarah itu Syeikh Syamsuddin Al Wali bermimpi bertemu dengan Abu Ayyub Al Anshari. Beliau (Abu Ayyub) menyampaikan ucapan selamat pada Sultan Muhammad Al Fateh karena berhasil menaklukkan Konstantinopel dan menyatakan bahwa beliaulah yang sepatutnya mencium kaki Sultan Muhammad Al Fateh sebagai orang yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW.

Pada hari Jum’at pertama di Konstantinopel, ketika diadakan shalat Jumaat untuk pertama kalinya, terjadi kebingungan dalam menentukan siapa yang menjadi imam. Sultan pun dengan lantang meminta seluruh tentaranya berdiri dan mengajukan pertanyaan: “Siapa di antara kalian yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggalkan shalat fardhu silakan duduk!” Tidak ada seorang pun yang duduk. Ini berarti seluruh tentara Sultan sejak usia baligh tidak pernah meninggalkan shalat fardhu.

Sultan berkata lagi, “Siapa yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggatkan shalat sunat rawatib silakan duduk!” Sebagian tentaranya masih tegak berdiri dan sebagian lagi duduk. Jadi sebagian tentara sultan sejak balighnya tidak pernah meninggalkan shalat sunat rawatib.

Kemudian Sultan berkata lagi, “Siapa yang sejak baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud silakan duduk!” Kali ini seluruh tentara duduk. Yang tinggal berdiri hanya Sultan sendiri. Ternyata sejak usia baligh Sultan belum pernah meninggalkan shalat tahajud sehingga beliaulah yang paling pantas menjadi imam shalat Jum’at. Memang benarlah kata Rasulullah SAW, “Sebaik-baik pemimpin, sebaik-baik tentara dan sebaik-baik rakyat.”

Demikianlah kisah yang juga kukutip daripada blog para teman. Alangkah indahnya kalau ada lagi Sultan Muhammad Al Fateh di kalangan kita yang dapat menjadi sebaik-baik pemimpin dan membawa sebaik-baik tentera untuk membebaskan Al Aqsa dan keseluruhan wilayah Islam itu. Ya Allah hadirkanlah Muhammad Al Fateh di sisi kami.